Diubahkan karena K A S I H
=====================================================================================
Kisah nyata seorang teman
====================================================================================
Gue, sebut aja “I” adalah anak ke tiga dari empat bersaudara, punya satu kakak laki-laki, satu kakak perempuan dan satu adik laki-laki. Masa kecil gue habiskan di sebuah desa kecil di Kalimantan Barat. Kalau gue ingat-ingat lagi masa lalu gue yang suram, rasanya sedih banget, tidak habis pikir kenapa gue bisa melakukan hal seperti itu. Masih terbayang waktu gue pertama kali harus pergi ke kota pontianak untuk melanjutkan SMP (karena desa kecil tempat gue tinggal belum ada sekolah sampai tingkat SMP). Sebagai anak kampung, gue begitu takjub dengan kehidupan kota yang berbeda dengan tempat tinggal gue. Pergaulan gue mulai dengan mengikuti teman-teman yang katanya “hebat”, gue mulai dikenalkan dengan benda yang bernama rokok. Menurut mereka kalau anak laki-laki tidak merokok itu artinya banci (baca. Waria: wanita bukan bukan pria pun bukan). Sebagai anak kampung, gue berusaha menjaga harga diri, gue tidak mau disebut banci apalagi ditambah kata kampung dibelakangnya menjadi banci kampung. Mulailah gue merokok bersama teman-teman, awalnya gratis dari mereka tapi lama-kelamaan gue harus beli sendiri untuk dapat menikmatinya. Biasanya kalau sudah ngumpul bareng, malas rasanya untuk masuk kelas dan belajar, dan pada akhirnya gue bolos sekolah bersama mereka.
Hari-hari gue lewati tanpa orang tua yang bisa menasehati dan membimbing gue, sebagai anak yang masih labil gue gampang terpengaruh dengan lingkungan. Uang yang setiap bulan dikirm oleh orang tua gue pakai untuk hura-hura, rasanya dalam otak ini tidak ada hari esok, karena menurut gue hari esok belum tentu gue masih hidup. Kalaupun gue hidup dan uang kiriman orang tua habis, gue bisa melanglang buana cari tempat menginap yang ada makan malam gratis dan siang harinya gue bisa malak anak sekolah lainnya atau minta traktir teman yang baik hati dan cari pinjaman sekedar buat beli rokok, karena gue mulai ketergantungan sama benda satu itu.
Beruntung banget gue bisa lulus SMP walau hanya dengan nilai yang pas-pasan, sebenarnya gue sudah malas untuk melanjutkan sekolah, malas untuk belajar terus tapi mau bagaimana lagi, orang tua tidak mengijinkan gue untuk bekerja, mereka ingin gue melanjutkan ke SMA. Demi tidak membuat mereka marah akhirnya gue turuti juga kemauan mereka walau dengan kata terpaksa.
Sebagai anak SMA gue merasa gue sudah dewasa jadi gue pikir tidak ada salahnya kalau gue punya pacar. Kalau dulu saja semasa SMP banyak anak perempuan yang naksir gue karena kata orang tampang gue ini ganteng, apalagi sekarang yah. Mulailah gue seleksi anak-anak perempuan disekolah gue, ternyata dari sekian banyak juga yang lolos seleksi, susah rasanya memilih satu diantara tiga. Hmmm…. Kenapa tidak gue pacarin semuanya aja yah toh tidak ada ruginya buat gue, gue jadi tidak merasa bosan lagipula gue bisa minta mereka traktir gue, lumayankan.
Setelah beberapa waktu gue pacaran dengan mereka tanpa mereka sadar kalau gue ini playboy, gue mulai jenuh dengan gaya pacaran yang itu-itu saja, sekedar ngobrol dan jalan-jalan, apa enaknya. Gue mulai minta sesuatu yang lebih dari mereka, awalnya cium pipi, kemudian bertambah-dan bertambah terus…sampai akhirnya gue bisa mengajak mereka melakukan hubungan suami istri tanpa paksaan. Modalnya satu sampai gue bisa melakukan itu, dengan sedikit rayuan yang bisa buat mereka melayang dan kemudian sedikit ancaman kalau mereka mulai sadar, walhasil gue dapat mencicipi mereka satu-satu dan tahu mana yang paling enak, rasanya senang banget gue bisa melakukannya, gue merasa sudah menjadi seorang laki-laki sejati, itu yang gue rasakan. Gue seperti orang kejam dan buas. Konyolnya, ketiga pacar gue tidak sadar kalau gue hanya mempermainkan mereka, buat gue mereka hanyalah hiburan dikala gue kesepian. Mungkin kalian yang baca akan merasa jijik dengan gue, tapi itu belum seberapa dan gue belum selesai bercerita.
Hari lepas hari kehidupan gue semakin kaca balau, bukan cuma melakukan hubungan seks, merokok dan bolos sekolah saja yang gue lakukan. Suatu hari gue dikenalkan oleh seorang teman dengan yang namanya narkotik, menurut dia, kalau gue memakainya gue akan terus merasa bahagia dan bisa terbang. Gue pikir hebat amat, benda sekecil itu bisa buat gue melayang dan terbang. Begitu gue mulai menggunakannya, gue serasa berada dilangit ke tujuh, rasanya dunia ini indah banget, tidak ada lagi guru galak, tidak ada lagi pengganggu yang buat gue stress, rasanya semua menyenangkan. Sekali, dua kali gue dapat barang itu gratis tapi lama kelamaan gue dituntut teman untuk membayarnya. Pernah sekali gue coba melawan untuk tidak mengkonsumsi barang itu, tapi gue tak berdaya, rasanya seperti mau mati saja. Oleh karena itu, demi untuk mendapatkannya gue rela melakukan apa saja bahkan sampai menjual pacar-pacar gue, jadilah gue mucikari kecil-kecilan. Awalnya gue dikutuk pacar-pacar gue tapi mau apa lagi toh merekapun sudah tidak berharga lagi buat gue, gue bisa dapat apa yang gue mau, itu yang selalu terngiang dalam benak gue.
Akhirnya selesai juga sekolah gue dengan nilai yang sangat pas-pasan malah mungkin nyaris tidak lulus. Untuk kembali ke kampung halaman rasanya tidaklah mungkin, hidup gue sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Bahkan gue tidak pernah pulang sejak gue masuk SMA tiga tahun yang lalu, Bapak & ibu gue pun mungkin sudah lupa bagaimana wajah gue. Walaupun mereka menghendaki gue pulang tapi rasanya kaki ini tidak akan pernah bisa melangkah kesana.
Akhirnya gue putuskan untuk merantau ke Jakarta, ada beberapa teman gue yang sudah menetap di kota besar itu. Rencana gue sudah matang dan bulat. Gue harus berangkat ke Jakarta walaupun sendiri. So… dengan modal nekad dan uang Rp. 25.000,- sampailah gue di Tanjung Priok. Wuah apa yang harus gue lakukan untuk langkah pertama yah???
Mulailah gue mencari telepon umum untuk memberikan khabar pada teman dan yang pasti untuk minta dia menjemput gue disini, karena gue sama sekali tidak tahu arah dan jalan. Bersama dia gue mencari pekerjaan agar gue bisa menyambung hidup. Satu - dua hari diJakarta gue bisa melupakan obat dan minuman, tapi begitu lewat satu minggu tubuh gue nagih barang itu. Yang ada dipikiran gue adalah bagaimana caranya agar gue dapat uang. Akhirnya segala macam pekerjaan gue terima demi uang. Dengan gaji Rp 125.000,- gue hidup di kota besar ini.
Beberapa bulan kemudian gue bertemu dengan teman sewaktu di SMP, teman dimana kita sama-sama nakal dulu. Dia senang melihat gue di Jakarta. Dia mengajak gue untuk bekerja bersama dia dengan gaji yang lebih besar dari yang gue terima di tempat gue bekerja sekarang, otomatis langsung gue terima tawarannya.
Dikantornya gue dijadikan penagih hutang (debt colector), kerjanya cukup menyenangkan buat gue, diapun membantu gue untuk lepas dari minuman dan obat. Walaupun dulu kita sama-sama nakal tapi ternyata dia bisa berubah dan dia ingin gue seperti dia.
Suatu ketika gue mengalami kesialan, uang hasil tagihan gue sebesar Rp. 50.000.000,- raib dibawa kabur orang. Gue kalut banget, bagaimana tidak uang sebesar itu hilang begitu saja. Apa yang harus gue lakukan, mana bisa gue ganti, apa temen gue bisa menerima alasan gue??? Karena ketakutan gue kabur hari itu juga terbang ke Palembang. Hidup gue tambah kacau disana, dan gue kembali kekehidupan gue yang lama. Berteman dengan minuman keras dan obat, melarikan diri dalam kehidupan malam bersama dengan wanita malam. Tapi walau begitu hidup gue tidak bisa tenang, gue dikejar perasaan bersalah dan uang yang semakin lama semakin menipis. Gue harus kembali untuk menjelaskan semuanya, gue tidak kuat untuk terus menerus dikejar rasa bersalah yang sebenarnya bukan gue yang melakukan. Beberapa orang yang gue kenal disana pun menasehati gue untuk menghadapi hidup, menurut mereka tidak seharusnya gue kabur dan melarikan diri dari kenyataan. Akhirnya gue putuskan kembali ke Jakarta. Apapun yang akan teman gue lakukan terhadap gue, gue akan terima.
Sesampainya di Jakarta, gue langsung menemui bos yang adalah teman gue sendiri, begitu dia melihat gue, dia langsung memeluk gue. Gue hanya bisa terdiam tak percaya akan apa yang teman gue lakukan. Dia tidak marah, dia tidak membunuh gue, dia memeluk gue. Dia bilang gue tidak perlu lagi memikirkan uang yang telah hilang, dia sudah tahu semuanya dan dia menyesal mengapa gue harus lari. Gue malu banget, terlebih ketika dia bilang gue masih karyawannya dan gue boleh kembali bekerja di perusahaannya.
Ternyata gue tidak bisa lepas lagi dari minuman, obat dan wanita. Siang bekerja dan kemudian malam gue menghibur diri di diskotik sambil menikmati wanita – wanita malam, karena dengan begitu gue tidak merasa sepi, tapi lama – kelamaan bosan juga. Akhirnya ketika gue lihat ada wanita cantik, seksi dan kelihatannya menyukai gue, langsung gue dekati dan dalam waktu singkat dia jadi pacar gue bahkan gue tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk bayar kos karena bisa tinggal dirumahnya. Jadilah kita tinggal serumah walaupun belum ada ikatan pernikahan. Kitapun seringkali melakukan hubungan suami – istri tanpa merasa berdosa, minum minuman keras sampai mabuk bahkan ngedrugs bareng.. Berkali-kali temen gue mengingatkan gue untuk cepat menikahi wanita itu tapi gue pikir rugi amat buru-buru nikah dimasa muda. Buat gue masa muda bakal gue pakai buat seneng-seneng, tidak mau terikat dan tidak mau diatur oleh siapapun karena hidup gue hanya gue yang berhak mengaturnya.
Awalnya pacar gue masih tidak bermasalah dengan hubungan kita, tapi lama-kelamaan diapun mulai merasa janggal dan dia minta gue untuk menikahinya secara sah. Gue mulai merasa didesak , gue sudah katakan padanya kalau gue tidak mau di ikat tapi dia terus minta gue melamarnya secara resmi. Akhirnya gue putuskan untuk mengakhiri hubungan ini, gue putuskan untuk meninggalkannya. Saat itu gue tidak merasa bersalah sama sekali, walaupun pacar gue menangis gue tetap tega meninggalkannya.
Setelah berpisah dengan mantan pacar gue mulai melanglangbuana mencari mangsa. Suatu hari gue bertemu seorang wanita cantik dan bersahaja. Untuk pertama kalinya gue benar-benar jatuh cinta. Gue terus menerus mengejarnya dan membuatnya simpatik terhadap gue dan Yesss!!!! Pada akhirnya gue berhasil menjadikan dia pacar gue. Dalam hati gue berjanji untuk merubah kehidupan gue secara total, dia wanita baik-baik dan gue tidak mau merusaknya bahkan gue mau menjadi pacarnya yang terbaik. Saat itu gue baru merasakan kebahagiaan yang sangat, dia sungguh telah mengubah gue menjadi manusia baru,gue pikir inilah akhir dari petualangan cinta gue, dan dia bisa membuat gue melupakan minuman keras dan obat. Hari lepas hari cinta gue bertambah padanya. Dia berjanji ingin menikah dengan gue dan menjadi istri terbaik gue.
Suatu ketika dia ditawarkan untuk dimutasi ke luar kota oleh perusahaannya. Dia akan dipindahkan ke Bandung karena perusahaan tempatnya bekerja buka kantor cabang disana. Karena posisi yang ditawarkan cukup bagus akhirnya dia terima, gue serasa disambar geledek mendengarnya. Kenapa dia yang di mutasi??? Kenapa???? Tapi dia mencoba meyakinkan gue walaupun terpisah jarak hati tetap menyatu. Gue pegang kata-katanya. Bulan-bulan pertama hubungan gue tidak bermasalah, Gue cuma bisa menghubungi dia seminggu beberapa kali dan untuk itu gue harus menghabiskan banyak uang , setiap gue kangen gue pasti menelponnya. Tapi kenapa selalu gue yang menghubunginya, kenapa dia tidak pernah berusaha untuk menghubungi gue lebih dulu??? Apa dia tidak pernah kangenin gue???
Setahun sudah kita terpisah oleh jarak, sudah beberapa kali gue menghubungi dia tapi tidak ada ditempat. Kenapa dia tidak mengangkat teleponnya?? Kemana dia malam-malam begitu?? Penuh curiga dan ingin tahu gue terus menerus menelponnya tidak peduli waktu. Akhirnya sekitar jam 12 tengah malam, barulah telepon gue diangkatnya. Begitu mendengar suara dari sebrang sana gue langsung memburunya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah memenuhi kepala gue sejak tadi sore. Dan dengan santainya dia menjawab kalau dia baru saja pergi dengan seorang laki-laki baik yang selama ini telah menemaninya di kota kembang itu, dia bilang dia tidak bisa terus-menerus mengharapkan gue yang jauh di sini, dan pada akhirnya dia minta kita mengakhiri hubungan ini. Blezzzz …. Kepala gue langsung sakit serasa ada batu besar yang menimpanya. Dia bilang dia butuh seseorang didekatnya, dan gue tidak bisa memberikan itu. Dia tanya dimana gue waktu dia sakit, dimana gue ketika dia sendirian dan butuh seorang teman? Dalam hati gue cuma bisa menjawab gue disini, maafkan gue yang tidak bisa mendampingi elu dimasa sulit. Gue terima keputusannya untuk berpisah dengan hati hancur, rasanya sakit banget hati ini, disaat gue benar-benar mencintainya dan terbuai dengan janjinya gue dibuat kecewa . Gue merasa sebagian jiwa gue hilang. Gue hancur.
Sedikit demi sedikit gue berusaha untuk melupakannya, melupakan wanita yang telah membuat gue terluka. Kehidupan gue kembali seperti sebelum gue bertemu dengannya, sebelum gue mengenal wanita itu. Ternyata memang cuma minuman keras dan obat yang setia pada gue, asal gue punya uang banyak gue tidak akan pernah ditinggalkan oleh benda itu. Dengan uang banyak gue bisa menikmati wanita-wanita malam. Jadilah gue kerja seperti orang kesetanan, tidak mengenal lelah hanya untuk uang dan uang. Dengan uang itu juga gue bisa membeli rumah dan motor.
Karena gue sudah memiliki rumah, gue panggil kedua orang tua untuk datang dan tinggal bersama gue di Jakarta. Gue ingin mereka bangga terhadap gue. Yang mereka tahu gue adalah anak hebat dan sukses, tapi mereka tidak tahu bagaimana kehidupan gue selama ini, mereka tidak tahu siapa saja teman-teman gue, walau pada akhirnya setelah mereka bersama gue mereka tahu bagaimana anaknya yang satu ini.
Gue merasakan kesedihan ayah dan bunda ketika mereka tahu gue rusak, tapi mau apa lagi, gue toh tidak bisa melepaskan “sahabat-sahabat” yang sudah menemani gue selama ini. “Sahabat-sahabat” yang menghibur gue disaat gue hancur. Bunda mulai berperan kembali dalam hidup gue, bunda selalu menasehati gue dan kini mencoba mengenalkan gue pada seorang pribadi yang namanya YESUS. Tapi gue selalu saja menolak dan menantang YESUS itu, apa Dia benar-benar ada??? Bunda gue bilang YESUS itu sahabat setia, YESUS tidak pernah meninggalkan kita dalam keadaan apapun. Dia akan menggendong kita apabila kita dalam kesesakan dan memberikan tanganNya untuk menuntun kita didalam kegelapan. Tapi apapun yang dikatakan bunda gue tidak mau peduli dan semakin hari gue semakin menjauhi bunda demi tidak mendengar kata-kata yang menurut gue hanya omong kosong. Gue tahu bunda kecewa dengan gue. Tapi gue tidak mau ambil pusing, gue tidak mau bunda ataupun ayah mengatur hidup gue karena gue sudah merasa dewasa untuk mengambil segala tindakan apapun termasuk berteman dengan minuman keras dan drugs , sampai pada suatu saat dimana gue benar-benar dipulihkan.
Pagi itu, badan gue tidak seperti biasanya, rasanya sekujur tubuh sakit semua. Untuk bangun dari tempat tidur saja gue tidak cukup kuat. Gue pikir karena badan gue nagih obat, tapi kok rasanya beda banget, mana gue lagi kehabisan “teman” gue…..aduh apa yang harus gue perbuat dalam keadaan seperti ini. Semakin lama kepala gue semakin sakit rasanya. Sebentar gue pejamkan mata berharap setelah itu badan gue membaik, tapi kenyataannya tidak ada perubahan. Agak siangan barulah badan gue bisa dibawa bangun. Bunda sedikit bingung melihat gue bangun sesiang itu karena gue tidak pernah melakukannya sebelumnya. Dihari kerja gue selalu bangun pagi agar tidak terlambat. Melihat wajah bunda yang bingung gue tahu pasti bunda bertanya ada apa dengan gue, makanya lebih baik gue langsung memberi tahu keadaan gue pada bunda. Siang itu juga bunda bawa gue ke dokter untuk diperiksakan. Diagnosa pertama dokter adalah gejala tifus, dan gue diberi obat-obatan untuk mengatasinya. Setelah 3 hari ternyata penyakit gue belum sembuh juga, maunya sih gue tidak perduli karena gue pikir penyakit tidak akan betah berlama-lama dibadan gue, tapi bunda gue perduli dan sungguh-sungguh merawat gue dan selalu mendoakan gue. Diam-diam gue tetap mengkonsumsi drugs dan minum apalagi kalau suhu badan gue panas tinggi. Karena itulah sakit gue tambah parah, bahkan sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur, wajah gue pucat dan badan gue bertambah kurus. Bunda menangis melihat keadaan gue, dengan bercucuran air mata bunda berdoa didepan gue. Setiap waktu tidak sedetikpun bunda meninggalkan gue, bunda berdoa, bernyanyi dan membaca alkitab dihadapan gue. Beliau tidak pernah putus asa mengenalkan YESUS sebagai pribadi yang setia yang tidak pernah meninggalkan perbuatan tanganNya. Gue tidak mengerti apa maksud bunda tapi gue mulai percaya melihat kegigihan dan kesetiaan bunda terhadap pribadi itu. Akhirnya gue minta pada bunda untuk mengajarkan gue berdoa dan bunda membimbing gue berdoa BAPA KAMI gue berdoa minta diberikan kesembuhan. Dalam hati gue berjanji jika gue benar-benar disembuhkan, gue akan ikut sama yang namanya YESUS itu, dan gue mau kenal Dia lebih dekat lagi, tapi kalau gue tidak mengalami kesembuhan itu artinya semua hanyalah omong kosong dan gue tidak mau lagi mendengar nama itu. Selesai berdoa gue pejamkan mata utuk tidur dan bundapun menutupi tubuh gue dengan selimut, mencium kening gue lalu meninggalkan gue didalam kamar sendirian.
Sayup-sayup terdengar suara ayam berkokok, gue buka mata ini, samar terlihat begitu cerahnya sinar matahari pagi dari balik gorden jendela kamar. Rasanya pagi ini ada yang berbeda dengan badan gue, gue coba dudukkan badan ini dan bersender ke tembok. Wuah …rasanya ringan banget dan gue tidak merasakan sakit seperti semalam. Gue coba berdiri, agak lemas sih karena sudah hampir satu minggu perut gue tidak bisa menerima makanan, apapun yang masuk dalam tubuh gue selalu dikeluarkan lagi. Gue coba melangkahkan kaki ini keluar kamar untuk mencari bunda. Baru saja mau keluar kamar, tiba-tiba pintu kamar gue terbuka dan bunda masuk sambil membawakan segelas susu untuk gue. Melihat gue bisa bangun dari tempat tidur bunda tersenyum dan mengucap syukur pada YESUSnya. Bunda menyuruh gue minum susu dan menanyakan kalau-kalau gue mau makan sesuatu. Tentu saja gue mau, baru pagi ini setelah seminggu terkapar gue merasakan lapar yang sangat.
Sepeninggalan bunda untuk menyiapkan makanan, gue pandangi barisan botol – botol minuman yang sebagian isinya sudah gue tenggak, gue tengok tumpukan dus rokok kosong yang menghiasi dinding kamar gue. Hati gue bimbang, bertahun-tahun gue hidup dengan rokok, obat dan minuman keras tapi tidak pernah gue rasakan sedamai pagi ini. Terbayang bagaimana kehidupan gue dimasa lampau, kenakalan gue dan segala kelakuan buruk gue. Gue ragu apakah YESUS mau memaafkan gue?
Gue tersungkur disamping tempat tidur, mohon ampun padaNya akan apa yang sudah gue pebuat, tiba-tiba gue lihat seorang yang diliputi cahaya, pakaiannya putih dan wajahnya bersinar, orang tersebut mengulurkan tanganNya sambil berkata “anakKu, Aku mengasihi kamu dan Aku mengampuni kamu, Jadilah anakKu yang terbaik , buat keluargamu, buat orang-orang yang berada disekelilingmu dan satu hal yang harus diingat bahwa Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu” lalu orang itu pergi dibalik cahaya yang meliputiNya. Hati gue begitu sukacita , dengan bercucuran air mata gue berdoa BAPA KAMI, karena baru doa itu yang gue ingat. Doa yang diajarkan bunda.
Kini hidup gue benar-benar dipulihkan, gue menjadi manusia baru. Bersama ayah & bunda gue pergi ke gereja. gue seperti seorang anak kecil kembali. Gue berjanji akan setia trus sampai mati dan menjadi berkat bagi banyak orang. Dengan doa dan mujijat gue dikuatkan untuk tidak kembali menyentuh barang-barang yang merusak tubuh gue karena gue tahu bahwa tubuh gue bukan milik gue lagi melainkan milikNya karena sudah dibeli dan dibayar lunas oleh darah YESUS.
Kini, gue melayani Tuhan di sebuah gereja, apapun yang bisa gue kerjakan buat kemuliaan Tuhan gue mau.
Monday, October 02, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
mengharukan, nice sharing Chika, but panjaaaannngggg, hiks
Bisa jadi novel nih.
Post a Comment