Wednesday, June 18, 2014

Cara membuka pembicaraan dengan orang yang baru dikenal

Iseng-iseng, googling dengan Keyword : "cara membuka pembicaraan dengan orang yang baru dikenal" hasilnya banyak yang sharing caranya. Ternyata Google itu kamus besar yang apa aja ada.....hebatnya teknologi.

ini beberapa link yang aku baca :

http://dibebaskan.blogspot.com/2013/06/tips-berbicara-dengan-orang-yang-baru.html

http://ariefmaulana.com/memperluas-social-circle-2-%E2%80%93-berkomunikasi-dengan-orang-yang-baru-dikenal/


Beberapa tulisan yang aku baca sangat bermanfaat buat yang mau belajar networking dimana butuh keberanian untuk memulai percakapan dengan orang baru,intinya sih dimulai dengan senyum dan PeDe. Untuk aku sendiri mungkin bisa belajar memperbaiki percakapan dengan orang lain karena beberapa kali hubby bilang klo aku ini kaku jika ngobrol sama orang padahal aku ngerasa aku gampang banget berkomunikasi dengan siapa aja...aku bisa nyambung ke orang yang lebih tua, ke anak-anak juga ABG, klo gitu apa yang salah????

Setelah dipikir-pikir, keliatannya aku tau kelemahanku.... aku tidak cukup terbuka dengan orang lain apalagi klo orang-orang itu lebih tua usianya dariku, seringkali keegoisanku juga keluar dan penunjukan "AKU" nya juga muncul takkala ada  orang-orang yang merasa dirinya paling menderita dan malang. Kenapa begitu??? karena sebenernya aku ingin membangkitkan orang itu bahwa banyak cara untuk meningkatkan kualitas hidup, bukan dengan meratapi dan pasrah,hmmm.... tapi  klo aku seperti ini kesannya jadi sok ya....
Jadi aku harus belajar lagi untuk bersihap lebih natural saat bercakap-cakap.

gimana caranya???
Caranya adalah :  belajar mendengarkan, belajar empati kepada orang lain dan terpenting adalah pacing leading dengan lawan bicara (sudah mulai keluar bahasa NLP nya dech)

Berbicara mengenai pacing-leading, Kok bisa ya ia punya manfaat yang luas begitu? Bagaimana sih cara kerjanya?
Sederhana kok. Cukup kunjungi kembali presuposisi NLP yang mengatakan bahwa tubuh dan pikiran adalah satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Maka ketika kita mengikuti gerakan seseorang dengan penuh penghayatan, seketika kita pun diajak untuk merasakan kondisi pikiran-perasaan yang sedang ia alami. Tidak mengherankan, jika kemudian pacing-leading merupakan prinsip dasar membangun keakraban. Bagaimana ndak akrab? La wong kita bisa merasakan getaran yang sama dengan rekan bicara kita. Bagaimana ndak merasakan getaran yang sama? La wong kita betul-betul menghayati gerakan tubuh dan pola bahasa yang ia gunakan. Begitu kita berada pada state yang sama, kita pun bisa memiliki ‘gambar’ dan ‘suara’ yang selaras. Dengan sendirinya, kita pun bisa memahami map yang ia gunakan. Dan omong-omong, siapa coba yang tidak senang jika ia dipahami?
Demikianlah, pacing-leading yang diajarkan NLP bukanlah sebuah pepesan kosong berasa. untuk lengkapnya silahkan baca link berikut yang langsung ditulis oleh pakar NLP

http://teddiprasetya.com/neuro-linguistic-programming/nlp-practice/secuplik-tentang-pacing-leading


Oiya, pasti heran kenapa tiba-tiba aku googling dengan keyword seperti diatas? itu karena aku rada bingung seandainya hari minggu besok jadi ketemuan sama temennya hubby. Jadi ceritanya istri dari temennya hubby itu punya masalah (mental block) yang membuat dia jadi menutup diri dengan keluarganya, temennya minta tolong hubby buat terapi, tapi samam hubby malah dilempar ke aku, dia saran coba di pake cara buang limiting belief nya dengan teknik NLP yang aku pelajari. Nah tekniknya sih aku ngerti, masalahnya untuk memulai percakapannya hingga masuk ke permasalahannya yang aku masih kagok secara aku nggak kenal dengan istrinya, aku bukan terapis yang memang dia datangi dan dimintai bantuannya...dalam skenario, posisiku sebagai seorang teman baru yang kemudian membantu dia untuk menghilangkan limiting belief nya.

Ya semoga semuanya bisa berjalan secara natural yaaaa...... kan yang penting niatku tulus membantu orang tsb untuk menghancurkan mental block nya, semoga Tuhan menyertaiku

Tuesday, June 17, 2014

3 jam di Timezone Supermall Karawaci

Akhirnya kesampean juga ajak anak-anak main di timezone, beli voucher di Living social Rp.38.000,- dapat 30 free play di mesin videogame 5x bumper car, 5x roller coaster ,5x  happy sky dan 5x carousell plus voucher 50 ribu. Sebenernya beli vouchernya sdh sebulan yang lalu tapi karena niatnya buat hadiah mereka setelah ujian jadi baru dipakai sekarang dech.

Dear yang dari awal nggak mau main roller coaster akhirnya mau juga setelah dibujuk, putaran pertama masih sangat ketakutan, sambil jalan mami terus-terusan omongin Dear supaya rilex, nikmati permainannya, rasakan bahwa ini sangat menyenangkan, hembusan angin akan semakin buat Dear rilex dan senang... Dan anak itu bener-bener tidak teriak bahkan ketika main yang kedua kalinya Dear sudah mulai berani buka mata, dan jauh lebih tenang dan bisa menikmati.... Good, semoga kata-katanya bisa masuk dan diterima bawah sadarnya.




Permainan yang paling Dear & Fy suka adalah bumper car, sayang karena ruangannya rada gelap mami tidak ambil gambarnya dech....., permainan video gamenya juga bagus kok, let's go island sudah kombinasi 2D & 3D, harley davidson seru juga, time crisis lumayan seru pokoke happy lah anak-anak...... malam itu juga 49 free play dibabat habis, sisa 1x roller coaster ga terpakai karena Dear tidak mau kalau suruh main sendiri :)

Monday, June 02, 2014

Serba salah

Barusan aku tidak sengaja dengar ibu mertuaku ngoceh pada cucunya mengenai ketidaksukaannya pada menantunya yang menurutnya payah. Contohnya : waktu kita mo berangkat ke semarang, dia masukin barang2 keselipan jok mobil, padahal didalam situ ada bando putri kecilku. Karena diselipin paksa, bandonya patah dan aku menemukan itu. Jelas aku keluarin barang yg diselipin disitu dan aku pindahkan ke belakang. Waktu itu aku jg sebel, bando baru dipake 2 kali sdh patah gara2 seenaknya nyelipin barang2 dibelakang jok mobil tp ya sudahlah kutahan sebelnya karena kita mo berangkat, ealah yang ada malah ibu mertuaku yang nggak suka hati. Berusaha sabar menghadapi orang tua aku berusaha bersikap biasa aja. 
Tapi jujur, barusan ketika aku mendengar ocehannya kepada putraku seolah klo maminya ga bener, payah,memperlakukannya seperti orang menumpang saja, aku marah... Rasanya pengen aku samperin dan kutantang apa maunya ( kalau saja tidak ingat hubby), apa dia ingin putraku tidak respect pada maminya? Apa salahku? Aku bahkan berusaha membiarkannya mengambilalih hakku di rumah ini tapi masih tidak cukupkah semuanya? Aku tidak memintanya datang dan menjaga anak2ku tapi atas keinginannya sendiri datang dan tinggal bersama kami, aku berusaha menerimanya dengan baik bahkan kami juga membiayai orangtuanya dipanti, aku berusaha berkomunikasi walaupun sulit karena aku ga suka caranya menjawab tapi toh aku tetap buruk dimatanya.

Baiklah kalau demikian, aku akan belajar darinya. Seperti yang diperlakukannya kepada orangtuanya... Mungkinkan aku juga bisa memperlakukannya demikian? Itu juga yang diajarkannya kepada putraku sehingga seringkali celetukannya memojokkanku kan? 
Kalau boleh pilih, aku juga tidak mau seperti ini tapi apa ada pilihan? Hidupku sudah ditakdirkan menanggung beban orang lain.

Emosijiwayangtidakbisadiungkapkan